Connect with us

EKONOMI & BISNIS

Agroindustri Kopi dan Pariwisata, Jalan Baru Ekonomi Tumbuh di Aceh Tengah

Published

on

Para wisatawan yang menikmati suasana Kebun Kopi di Seladang, Aceh Tengah (photo: Instagram/Irawan Djakaria)

ACEHTIMES.CO.ID | TAKENGON – Dataran Tinggi Gayo di Aceh Tengah dan Bener Meriah telah lama dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik dunia. Hamparan kebun kopi yang membentang di lereng Bukit Barisan bukan hanya menjadi sumber penghidupan bagi ribuan keluarga, tetapi juga menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata berbasis agroindustri.

Kopi Gayo merupakan Ikon Ekspor dan Identitas Budaya. Saat ini Kopi Gayo telah menembus pasar internasional dengan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dan berbagai pengakuan mutu.

Produk ini rutin diekspor ke Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia. Namun, di luar nilai ekonomi dari ekspor, kopi Gayo juga menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.

Budaya minum kopi, proses panen, hingga tradisi gotong royong dalam mengelola kebun merupakan cerita yang menarik untuk ditawarkan kepada wisatawan. Inilah celah yang dapat dimaksimalkan dalam konsep coffee tourism.

Wisata Kopi, Dari Kebun ke Cangkir ternyata jadi daya tarik tersendiri bagi penikmat kopi yang merasakan suasana langsung di perkebunannya. Beberapa desa di Aceh Tengah telah memulai paket wisata edukasi kopi.

Wisatawan diajak menyusuri kebun, melihat proses petik merah, hingga mencicipi seduhan kopi di tengah alam. Konsep ini memberikan pengalaman langsung sekaligus nilai tambah ekonomi bagi petani.

Baca Juga

Jika dikembangkan secara profesional dengan dukungan infrastruktur dan promosi, wisata kopi Gayo berpotensi menjadi magnet pariwisata internasional, seperti yang telah sukses di Brazil, Vietnam, atau Ethiopia.

Sinergi Agroindustri dan Pariwisata perlu mendapat perhatian dan pengembangan agroindustri kopi berbasis pariwisata membuka ruang hilirisasi yang lebih luas. Produk turunan kopi seperti bubuk kemasan, kopi instan, hingga suvenir berbasis kopi dapat dipasarkan langsung kepada wisatawan.

Hal ini memperkuat rantai nilai kopi Gayo sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal, mulai dari pemandu wisata, pelaku UMKM, hingga penggiat seni dan budaya.

Dengan menjadikan kopi sebagai penghubung antara agroindustri dan pariwisata, Aceh berpeluang menghadirkan ekosistem ekonomi baru. Petani mendapatkan harga lebih baik, wisatawan memperoleh pengalaman autentik, dan daerah mendapatkan promosi global.

Jika potensi ini dimaksimalkan, Dataran Tinggi Gayo tidak hanya dikenal sebagai produsen kopi kelas dunia, tetapi juga sebagai destinasi wisata kopi unggulan yang menggerakkan ekonomi rakyat. (Ics)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *