PENDIDIKAN
Hardikda: Jejak Sejarah Pendidikan Aceh sejak Masa Kolonial hingga Kini
 
																								
												
												
											ACEHTIMES.CO.ID | BANDA ACEH – Peringatan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) setiap 2 September tidak hanya menjadi agenda seremonial tahunan, tetapi juga pengingat panjangnya perjalanan pendidikan Aceh dari masa ke masa.
Sejarah telah mencatat, pendidikan di Tanah Rencong telah melewati berbagai fase, mulai dari tradisi pengajian di meunasah, sistem sekolah kolonial Belanda, hingga transformasi modern yang kita kenal hari ini.
Jauh sebelum sistem sekolah formal masuk, masyarakat Aceh sudah mengenal pendidikan berbasis agama melalui meunasah dan dayah. Di sinilah generasi muda ditempa ilmu agama, adat, hingga keterampilan hidup. Pendidikan tradisional ini menjadi fondasi karakter masyarakat Aceh yang religius.
Pada awal abad ke-20, Belanda mendirikan sekolah formal seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Europeesche Lagere School (ELS). Namun, akses pendidikan pada masa itu sangat terbatas, hanya untuk kalangan tertentu. Sementara masyarakat umum tetap mempertahankan sistem pendidikan dayah sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme.
Masa Kemerdekaan dan Lahirnya Hardikda
Setelah Indonesia merdeka, semangat membangun pendidikan di Aceh semakin kuat. Tahun 1959 menjadi titik penting dengan lahirnya Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) sebagai momentum memperingati perjuangan masyarakat Aceh dalam membangun dunia pendidikan.
Penetapan Hardikda dimaksudkan untuk memperkuat identitas pendidikan Aceh sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Saat ini, pendidikan Aceh telah berkembang pesat dengan hadirnya ribuan sekolah formal, perguruan tinggi negeri dan swasta, serta lembaga pendidikan berbasis Islam.
Meski begitu, Aceh masih menghadapi tantangan besar, mulai dari kualitas guru, kesenjangan akses di daerah terpencil, hingga adaptasi terhadap era digital.
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menekankan bahwa refleksi Hardikda harus menjadi bahan renungan agar pendidikan Aceh tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kreativitas.
“Pendidikan unggul adalah kunci menuju Aceh maju. Jejak sejarah panjang ini harus kita jadikan modal untuk membangun masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Hardikda kini tidak hanya sekadar mengingat sejarah, tetapi juga menegaskan arah pendidikan Aceh ke depan, unggul, Islami, dan berdaya saing global.
Dengan menjaga warisan pendidikan masa lalu sekaligus berinovasi di era digital, Aceh diharapkan mampu melahirkan generasi emas yang siap mengangkat martabat daerah di tingkat nasional maupun internasional. (Ics)






































