Connect with us

NUSANTARA

Ini Dia Jejak Emas Para Tokoh Aceh dalam Proses Perundingan Hingga Merawat Kemerdekaan Indonesia

Published

on

Ilustrasi Perundingan Persiapan Kemerdekaan (photo: Kompas/Null)

ACEHTIMES.CO.ID | BANDA ACEH – Setiap kali bangsa ini memperingati hari kemerdekaan, sejarah selalu mengingatkan pada peran daerah-daerah yang menjadi penopang lahirnya Republik. Aceh, dengan segala dinamika perjuangannya, tercatat sebagai salah satu pilar penting yang memberi nyawa bagi kemerdekaan Indonesia.

Dari meja perundingan hingga medan perjuangan rakyat, putra-putri Aceh menorehkan jejak yang tak terhapuskan. Teuku Muhammad Hasan, satu-satunya putra Aceh yang duduk di BPUPKI dan PPKI, terlibat langsung dalam sidang-sidang penting yang melahirkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasca proklamasi, ia dipercaya sebagai Gubernur Sumatera (1945–1948) dan menjaga agar rakyat Sumatera, termasuk Aceh, tetap solid mendukung Republik.

Selain Teuku Muhammad Hasan juga ada Teuku Nyak Arif yang tampil sebagai sosok yang tegar. Meski dalam keadaan sakit, pahlawan nasional ini memimpin Komite Nasional Indonesia (KNI) Aceh dan menjadi simbol keteguhan hati rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Lalu juga ada peran ulama juga tidak kalah penting, yakni Panglima Polem Muhammad Daud Beureueh, tokoh karismatik dari Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA), menggerakkan massa untuk membela Republik, menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah bagian dari jihad fi sabilillah.

Bersamanya, ulama-ulama lain seperti Teungku Abdul Wahab (Wahab Seulimum) menjadi motor penggerak yang memastikan Aceh berdiri kokoh di belakang Republik.

Baca Juga

Tak hanya dengan darah dan tenaga, Aceh juga menyumbangkan kekuatan ekonomi. Pada 1948, rakyat Aceh melalui ulama dan saudagar mengumpulkan emas serta uang untuk membeli pesawat Dakota Seulawah RI-001.

Pesawat ini kemudian menjadi sarana vital diplomasi dan komunikasi Indonesia di dunia internasional. Dari sinilah lahir julukan Aceh sebagai “daerah modal” Republik.

Sejarah mencatat, meski wakil Aceh di PPKI hanya satu orang, kontribusi Aceh jauh melampaui hitungan kursi. Dari forum nasional hingga akar rumput, Aceh hadir sebagai penopang utama kelangsungan Republik di tahun-tahun kritis awal kemerdekaan.

Kini, setelah 80 tahun Indonesia merdeka, warisan itu mengandung pesan reflektif, bahwa kemerdekaan tidak pernah lahir dari ruang hampa, tetapi dari keringat, doa, dan pengorbanan.

Inspirasi itu pula yang menyalakan optimisme bahwa dengan kebersamaan dan keteguhan, Indonesia akan terus berdiri tegak, dan Aceh tetap menjadi bagian penting dari perjalanan panjang bangsa. (Ics-Editorial)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *