Connect with us

SALEUM REDAKSI

“Jangan Biarkan Banda Aceh Berubah: Dari  Kota Serambi Mekah Menjadi Kota Serambi Maksiat”

Published

on

Banda Aceh bukan sekadar ibukota provinsi, ia adalah wajah yang merepresentasikan identitas Aceh di hadapan dunia. | Ilustasi by Net

BANDA ACEH  bukan kota biasa. Ia adalah simbol, wajah, dan kebanggaan bagi rakyat Aceh. Sebagai Serambi Mekah, kota ini menyimpan warisan nilai-nilai Islam yang seharusnya menjadi benteng kokoh dalam menghadapi gempuran zaman. Namun, apa yang kita saksikan hari ini justru berbanding terbalik dengan harapan itu.

Fenomena maksiat semakin berani menampakkan diri di ruang-ruang publik. Tidak lagi sembunyi, tidak lagi takut, bahkan seolah menantang tatanan yang telah lama menjadi pijakan masyarakat kita. Satu per satu kasus bermunculan, mulai dari penginapan yang jadi lokasi perbuatan asusila, hingga praktik ‘jual diri’ yang mulai terang-terangan dipertontonkan di kafe-kafe kota, lengkap dengan sapaan dan bahasa minor yang menggoda.

Di tengah kondisi ini, kita patut mengapresiasi langkah cepat Wali Kota Banda Aceh yang melakukan razia penginapan pada Senin malam lalu. Namun, pekerjaan rumah kita belum selesai. Razia hanyalah bagian kecil dari solusi. Yang kita butuhkan adalah gerakan bersama: pemerintah yang tegas, aparat yang sigap, ulama yang aktif membimbing, orang tua yang tidak lengah, dan masyarakat yang peduli.

Banda Aceh bukan sekadar ibukota provinsi, ia adalah wajah yang merepresentasikan identitas Aceh di hadapan dunia. Jika wajah ini terus dibiarkan tercoreng oleh noda maksiat, bukan hanya nama baik kota yang hancur, tapi juga harga diri kita sebagai umat.

Dan kepada para pelaku maksiat, dari lubuk hati yang dalam kami sampaikan:
Wahai kalian, jangan kotori tanah ini! Jangan biarkan langkah-langkah kalian mengundang murka Allah atas negeri yang kita cintai ini. Aceh bukan tempat untuk perbuatan mungkar, Banda Aceh tidak layak dinistakan oleh tangan-tangan yang mengabaikan nilai agama.

Baca Juga

Mari kita sadari sebelum terlambat. Karena saat murka Allah turun, tidak hanya pelaku yang akan menanggung akibatnya, tapi seluruh masyarakat akan merasakan dampaknya.

Banda Aceh layak dijaga, demi kehormatan, demi generasi yang akan datang, dan demi keridhaan Allah. Jangan biarkan maksiat merajalela. Lawan, tertibkan, dan sadarkan – selagi pintu tobat masih terbuka.

Banda Aceh adalah ibu kota daerah berjuluk Serambi Mekkah,  jangan biarkan dia menjadi Serambi Maksiat. Semoga!

Redaksi

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *