Connect with us

CAHAYA ISLAM

Jejak Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad, Cahaya Harapan yang Mengguncang Dunia

Published

on

Kalimah Muhammad (photo: Unsplash/Ahmet Kurem)

ACEHTIMES.CO.ID | BANDA ACEH – Lebih dari 1.400 tahun silam, sebuah peristiwa agung terjadi di Makkah, sebuah kota kecil di jazirah Arab yang kelak menjadi pusat peradaban Islam. Pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, tahun yang oleh bangsa Arab disebut ‘Aamul Fīl atau Tahun Gajah (570 M), lahirlah seorang bayi bernama Muhammad bin Abdullah.

Bayi itu kelak akan tumbuh menjadi sosok yang mengubah wajah dunia, menyatukan bangsa-bangsa, dan membawa risalah langit kepada umat manusia.

Tahun kelahiran Muhammad dikenal sebagai Tahun Gajah karena pada masa itu Abrahah, gubernur Yaman di bawah kekuasaan Habasyah, berusaha menyerang Ka’bah dengan pasukan bergajah. Namun, serangan tersebut gagal total.

Burung-burung abābīl yang dikisahkan dalam surah Al-Fil menjatuhkan batu-batu panas yang menghancurkan pasukan Abrahah. Peristiwa itu menjadi penanda bahwa Ka’bah akan dijaga Allah untuk misi besar yang segera tiba: kelahiran seorang nabi terakhir.

Lahir Sebagai Yatim, Dibesarkan dengan Kasih Sayang

Muhammad lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat saat Aminah, ibunda beliau, masih mengandung. Sejak awal, hidup Muhammad diwarnai kesederhanaan dan ujian.

Meski demikian, ia tumbuh dengan kasih sayang ibunya, serta pengasuhan kakeknya, Abdul Muthalib, seorang pemuka Quraisy yang sangat dihormati.

Tradisi Arab pada masa itu membiasakan bayi disusukan kepada wanita desa agar tumbuh sehat di udara padang pasir yang bersih. Muhammad kecil pun diserahkan kepada Halimah Sa’diyah dari Bani Sa’d.

Dalam catatan riwayat, sejak Halimah membawa bayi Muhammad, kehidupannya berubah drastis: ternaknya menjadi subur, tanahnya kembali hijau, dan keberkahan dirasakan keluarganya. Hal ini menambah keyakinan bahwa anak ini bukanlah anak biasa.

Tanda-Tanda Kelahiran yang Mengguncang Dunia

Kelahiran Muhammad tidak hanya menggembirakan keluarga Quraisy, tetapi juga memunculkan tanda-tanda besar di berbagai penjuru dunia. Sejarawan Islam meriwayatkan bahwa malam kelahiran beliau ditandai dengan padamnya api di kuil Majusi Persia yang selama seribu tahun tak pernah padam, runtuhnya sebagian istana Kisra, serta surutnya Danau Sawa yang disucikan bangsa Persia.

Di Makkah sendiri, beberapa berhala di sekitar Ka’bah dilaporkan roboh. Para ulama menafsirkan peristiwa-peristiwa ini sebagai simbol runtuhnya sistem jahiliah dan kebangkitan cahaya tauhid. Seolah alam semesta ikut menyambut kelahiran seorang nabi yang akan membawa misi penyucian iman dan perbaikan akhlak.

Dari Gurun Makkah Menuju Cahaya Peradaban

Makkah pada masa itu bukanlah kota besar. Ia hanyalah persinggahan dagang yang dikelilingi padang tandus. Namun, di sanalah Allah memilih seorang nabi untuk memulai revolusi spiritual dan sosial yang akan mengguncang dunia. Muhammad tumbuh dalam lingkungan keras, namun justru itulah yang membentuk kepribadian tangguh dan sederhana.

Baca Juga

Sejak awal kehidupannya, Allah telah mempersiapkan Muhammad untuk sebuah misi besar yang membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya iman, menegakkan keadilan di tengah penindasan, dan menyebarkan kasih sayang di atas kebencian.

Cahaya yang Tak Pernah Padam

Bagi umat Islam, kelahiran Nabi Muhammad bukan sekadar catatan sejarah, tetapi sebuah anugerah ilahi yang mengubah arah dunia. Dari kota kecil di padang pasir, risalahnya menyebar ke berbagai benua, menembus batas ruang dan waktu.

Hari ini, lebih dari 1,9 miliar manusia di seluruh dunia masih meneladani ajarannya, menjadikannya pedoman moral, spiritual, dan sosial.

Kelahiran Muhammad di Makkah adalah bukti bahwa dari sebuah tempat sederhana dapat lahir cahaya peradaban yang abadi. Sejarah itu menjadi pengingat bahwa seorang manusia dengan kesungguhan iman dan keluhuran akhlak dapat mengubah wajah dunia. (Ics)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *