Connect with us

CAHAYA ISLAM

Konservasi Lingkungan dalam Perspektif Risalah Nabi Sulaiman

Published

on

Ilustrasi (photo: Unsplash/Tobi Hall)

ACEHTIMES.CO.ID | BANDA ACEH – Di tengah maraknya isu krisis iklim dan kerusakan alam, kisah Nabi Sulaiman AS dalam Al-Qur’an menghadirkan inspirasi tentang pentingnya harmoni antara manusia, hewan, dan lingkungan.

Risalah Nabi Sulaiman bukan sekadar tentang kerajaan yang besar dan kekuasaan atas jin, tetapi juga mencerminkan kepedulian terhadap ekosistem.

Al-Qur’an menggambarkan bagaimana Nabi Sulaiman memahami bahasa semut. Saat pasukannya melintas, seekor semut memperingatkan koloninya agar masuk ke dalam sarang supaya tidak terinjak.

Mendengar itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan bersyukur kepada Allah. Kisah ini menunjukkan betapa kecil sekalipun makhluk Allah, memiliki hak untuk hidup dan dilindungi.

Pesan ini relevan dengan prinsip konservasi modern dengan menjaga biodiversitas dan memastikan setiap spesies tetap lestari dalam habitatnya.

Burung Hud-hud juga berperan penting dalam kisah Nabi Sulaiman. Hewan ini menjadi “utusan lapangan” yang mengabarkan kondisi negeri Saba kepada Nabi. Hal ini mengajarkan pentingnya observasi alam dan pengelolaan sumber daya berbasis informasi.

Dalam konteks sekarang, Hud-hud bisa diibaratkan sebagai simbol riset ekologi dan pemetaan lingkungan, sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan berkelanjutan.

Meski memiliki kerajaan luas, Nabi Sulaiman tidak mengeksploitasi alam secara serakah. Ia justru menjadikan kekuasaan sebagai sarana untuk menegakkan keadilan, termasuk menjaga keseimbangan lingkungan.

Sikap ini berbeda dengan banyak pemimpin modern yang kerap mengorbankan lingkungan demi kepentingan ekonomi jangka pendek.

Dari kisah Nabi Sulaiman, ada beberapa pesan utama untuk konservasi lingkungan masa kini:

    Baca Juga
  1. Setiap makhluk punya hak hidup – manusia wajib melindungi ekosistem.
  2. Riset dan pengamatan penting  kebijakan lingkungan harus berbasis data.
  3. Kekuasaan sebagai amanah  pemimpin harus menyeimbangkan pembangunan dengan kelestarian alam.

Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai risalah Nabi Sulaiman, umat manusia dapat belajar bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar pilihan, tetapi bagian dari amanah spiritual. (Ics)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *