Connect with us

POLITIK

Pernyataan ‘Cool’ Dianggap Tak Tegas, Dahnil: Prabowo Politisi Sekaligus Prajurit

Published

on

ACEHTIMES.ID | JAKARTA– Pernyataan ‘cool’ Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto terkait konflik dengan China di perairan Natuna dinilai bentuk ketidaktegasan. Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antarlembaga Menhan Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan Prabowo sangat memahami apa yang menjadi tugasnya.

“Nah ini bedanya prajurit dengan politisi. Pak Prabowo ini kan selain politisi, juga prajurit. Beliau memahami betul ketika bertugas sebagai Menhan harus seperti apa,” kata Dahnil di Kementerian Pertahanan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).

Menurut Dahnil, Prabowo tidak menggunakan jabatannya sebagai Menhan untuk melakukan eksplorasi atau akrobat politik. Tapi untuk menjaga rakyat, pertahanan, dan kedaulatan RI. 

“Manifestasinya bukan pada statement, manifestasinya pada aksi, pada langkah,” ujarnya.

Langkah Prabowo itu, disebut Dahnil yakni mendorong Kementerian, Kelautan, dan Perikanan (KKP) untuk mengambil tindakan civilion, bukan tindakan militer. Yakni melalui mobilisasi supaya banyak nelayan beraktivitas di Natuna.

Baca Juga

“Kemudian TNI diminta untuk melakukan back up ikut patroli yang dilakukan Bakamla dan KKP,” ucapnya.

Menurut Dahnil, publik atau politisi yang tidak paham dengan tugas-tugas Prabowo, mengalami blessing of unknowing atau keberkahan karena ketidaktahuan. Dahnil menuturkan tidak mungkin masalah pertahanan dibeberkan seutuhnya ke publik.

“Sedangkan kami, Pak Prabowo, saya juga jubirnya mengalami suffering of knowing, menderita karena banyak tahu. Publik, wartawan juga ada di blessing of unknowing. Jadi enggak mungkin secara telanjang masalah pertahanan kami sampaikan secara seluruhnya,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Presiden PKS Sohibul Iman menyoroti tanggapan para menteri Kabinet Indonesia Maju soal klaim China atas Natuna. Sohibul menyinggung soal pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang dia nilai tak tegas karena menyebut China sebagai sahabat.

“Jadi kalau diksinya dia (China) sahabat, jangan dibesar-besarkan, itu nggak ada ketegasan sama sekali. Walau kemudian alasan ini adalah bagian dari diplomasi, yang harus diplomasi seperti itu justru Menlu (Menteri Luar Negeri) sebetulnya, yang ini harusnya lebih tegas, kok terbalik. Menlu tegas, malah yang ini justru berdiplomasi,” kata Sohibul di kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (6/1). | detik

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *