Connect with us

LINTAS NANGGROE

Tsunami Bencana Yang Berulang

Published

on

ACEHTIMES.ID – BANDA ACEH – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Donni Monardo menyatakan, bencana tsunami merupakan bencana yang berulang. 

Menurutnya, bencana alam bukalah hukuman Tuhan, tetapi adalah kejadian alam yang berulang. 

“Keyakinan saya ini datang dari apa yang terekam di Gua Eek Lunttie Aceh Besar,” ujar Doni Monardo saat berkunjung ke Aceh untuk menghadiri peringatan 15 tahun tsunami Aceh, Rabu (25/12/2019). 

Tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, rombongan Kepala BNPB disambut langsung oleh Asisten II Setda Aceh, Teuku Ahmad Dadek dan Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Teguh Arief Indratmoko. 

Lanjut Doni, Gua Eek Lunttie, sebuah gua yang terletak di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar menjadi bukti yang telah  paling tidak ada 14 kali gempa dan tsunami sejak 7500 tahun silam, dan yang terakhir terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 silam di Aceh. 

Jenderal Doni juga mengatakan bahwa peletakan batu pertama pembangunan Geoprak Gua Eek Lunttie di Aceh Besar dibuat acara khusus, sebagai upaya memberitahukan kepada dunia bahwa kejadian gempa dan tsunami Aceh adalah berulang.

“Dari sana kita bangun kesiap-siagaan supaya tidak jatuh korban,” tegas Doni. 

Menurutnya, Gua Eek Lunttie adalah rekaman terbaik terhadap kejadian gempa dan tsunami Aceh yang berulang dan dijadikan sebagai iktibar bahwa gempa dan tsunami adalah kejadian alam yang harus disikapi dengan rasionalitas dan budaya siaga. 

“Ini bukan hukuman apalagi kuntukan tetapi adalah bencana alam yang perlu disikapi dengan sikap siaga untuk tidak jatuh korban. Kita harus jaga alam, dan alam akan jaga kita,” ungkapnya. 

Doni membeberkan, hasil kunjungannya ke berbagai belahan Indonesia bahwa bencana itu banyak berulang, bahkan ada di satu tempat yang sama. Yang paling penting adalah bagaimana masyarakat diberitahu dan adanya kesungguhan pemerintah dan kita semua untuk memberitahu kepada masyarakat supaya siaga. 

Kepala BNPB ini juga mengatakan bahwa lembaganya akan memasyarakatkan Keluarga Tangguh Bencana sampai ke desa. 

“Katana yang diluncurkan di Aceh juga salah satu strategi kita melakukan kesiap-siagaan bencana. Saya saat tsunami Aceh berada di Lhokseumawe dan hari kedua sudah berada di Banda Aceh dan ketiga di Meulaboh, dari sana saya berkenyakinan kalau orang Aceh saat itu punya pengetahuan seperti orang Simuelue, maka tidak akan banyak korban,” akunya. 

Baca Juga

Sementara itu Teuku Ahmad Dadek, Asisten II Setda Aceh yang juga penulis buku Gempa Pijay menyerahkan buku tersebut kepada Kepala BNPB Doni Monardo. 

“Kami menyerahkan buku hasil karya kami kepada  Jenderal Donny Munardo Ka BNPB sebab dalam proses rehan rekon di Pidie Jaya, Pidie dan Bireun BNPB yang mendominasi pembiayaan,”  ujar Dadek.

“Dan buku ini diharapkan menjadi sebuah catatan penting bagi BNPB dalam pengalamannya untuk menangani daerah lainnya,” kata Dadek.

Sementara itu Jenderal Donni menyatakan bahwa Ia terus berusaha melunasi kegiatan untuk Pidie Jaya dimana pada tahun ini akan mengucurkan dana sebanyak Rp. 63 Miliar lebih untuk kegiatan gempa tahun 2016 yang lalu. 

Buku Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa Pijay Pidie Jaya, Pidie, dan Bireuen ditulis Teuku Dadek bersama Hermansyah dan Yarmen Dinamika dengan Editor Asnawi Kumar. | RRI

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *